SULAIMAN IBN YASAR : BERMIMPI BERTEMU NABI YUSUF A.S.  

Posted by Rudiny in



Diriwayatkan bahwa Sulaiman ibn Yasar, seorang pria sangat tampan, pernah dikunjungi oleh seorang perempuan yang mengajaknya tidur bersama. Dia menolak, dan lari dari rumah dan meninggalkan wanita itu di dalamnya. Sulaiman berkata, “Pada malam itu aku bermimpi bertemu dengan Yusuf a.s. Aku berkata,  ‘engkau Yusuf?’ Dia menyahut, ‘Ya aku Yusuf, yang berhasrat dan engkau Sulaiman, yang belum berhasrat.’
Dengan kata-katanya itu dia merujuk kepada firman-Nya Swt. Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu) dengan Yusuf, dan Yusuf pun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikan dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya.”

***

Kisah lain yang lebih menakjubkan diriwayatkan orang tentang dirinya. Pernah dia keluar dari rumah untuk menunaikan ibadah haji dengan didampingi oleh salah seorang temannya. Ketika tiba di Al-Abwa, temannya itu pergi ke pasar untuk membeli sesuatu dan membawa tikar kulit yang biasa mereka gunakan untuk makan. Sulaiman duduk sendirian di tenda. Dia memang pria yang sangat tampan. Maka ketika seorang seorang wanita Badui yang tinggal di bukit melihatnya, si wanita lalu turun dan mendatanginya. Wanita itu berdiri di depannya dan terpesona oleh raut wajahnya (yang memang sangat tampan dan sangat memelihara agama). Wanita itu mengenakan cadar dan sarung tangan. Ketika si wanita menanggalkan cadar, tampaklah seraut wajah yang bersinar bak rembulan. Wanita itu berkata, “Puaskan aku.” Tetapi si pemuda mengira bahwa yang dimaksudkan adalah makanan, maka dia pun mengambil makanan yang masih ada dan menyerahkannya kepada wanita itu. Namun, si wanita malah berkata, “Aku tidak menginginkan itu, sebab yang ku inginkan adalah apa yang diberikan seorang pria kepada istrinya.” Sulaiman berkata, “Sesungguhnya iblis telah menyuruhmu datang kepadaku.” Setelah itu, dia membenamkan kepalanya di antara kedua lututnya dan mulai menangis. Setelah melihat hal ini, wanita itu kembali mengenakan cadarnya dan pulang kepada keluarganya.
Datanglah sahabat Sulaiman, lalu ketika menyaksikan mata yang membengkak akibat menangis dan kerongkongan yang kelu tak bersuara, dia bertanya kepada Sulaiman hal yang telah membuatnya menangis. Sulaiman berkata, “Tidak apa-apa, aku hanya teringat kepada anak-anakku.” Sahabatnya berkata. “Tidak, demi Allah, pasti ada sesuatu yang terjadi. Bukankah engkau telah bertemu dengan anak-anakmu tiga hari yang lalu atau sekitar itu. “ Si sahabat tetap mendesak sehingga akhirnya diceritakanlah tentang wanita Badui itu. Mendengar hal itu meletakkan tikar kulitnya dan mulai menangis sehingga Sulaiman bertanya, “Mengapa engkau menangis?” Dia menjawab, “Aku lebih berhak menangis daripada engkau. Aku takut seandainya aku yang menjadi dirimu, aku tidak akan mampu menolaknya.” Kemudian mereka berdua menangis lama sekali.
Ketika Sulaiman tiba di Makkah, dia mengerjakan sa’i dan thawaf. Tatkala dia mendatangi Hajar Aswad, setelah berselimutkan baju, dia tertidur. Dalam mimpinya, dia melihat seorang pria tampan dan tinggi, dengan penampilan yang menarik dan harum. Sulaiman bertanya, “Semoga Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu. Siapakah engkau?” Pria itu berkata, “Aku Yusuf.” Kata Sulaiman, “Benarkah?” Pria itu menjawab, “Memang benar.” Lalu Sulaiman berkata, “Yang terjadi antara dirimu dan istri Potifar sangat mengagumkan.” Namun, Yusuf menyahut, “Yang terjadi antara dirimu dan seorang perempuan di Al-Abwa justru lebih mengagumkan.”
Subhanallah...

SEPASANG SUAMI ISTRI YANG MEMAHAMI KANDUNGAN AL-QUR’AN  

Posted by Rudiny in



Seorang muballigh – sebagaimana kita ketahui – pada bulan haji atau bulan Rabi,ul Awwal banyak mendapat undangan untuk berceramah di Majlis-majlis Ta’lim, mesjid, surau atau lainnya. Terkadang, dalam satu malam ia mendapat undangan untuk berceramah pada beberapa tempat, sehingga ia benar-benar repot untuk membagi waktu, baik waktu-waktu untuk ceramah maupun untuk keluarganya.
Siang hari ia habiskan waktunya untuk mengajar. Malam hari ia harus pergi bertabligh ke mana-mana. Sering kali ia baru pulang ke rumah setelah hari larut malam. Baru beberapa saat ia beristirahat, adzan subuh telah memanggilnya untuk bersujud menghadap Tuhan. Usai shalat shubuh ia menelaahkitab-kitab dalam rangka mencari dan mengumpulkan bahan-bahan yang akan disampaikan dalam ceramahnya nanti. Begitulah kesibukannya tiap hari, sehingga hampir-hampir tidak punya kesempatan untuk bergaul intim dengan istrinya. Namun demikian, istrinya termasuk orang yang sabar dan mau mengerti terhadap kesibukan suaminya, meski seolah-olah haknya diabaikan begitu saja oleh suaminya.
Pada suatu ketika di malam Jum’at, kebetulan suaminya tidak ada acara ke mana-mana dan tetap tinggal di rumah. Merasa dirinya tidak pernah digauli oleh suaminya yang sibuk dengan acara-acara di luar rumah, kesempatan yang baik ini tidak disia-siakan olehnya. Tetapi untuk mengatakan secara terus terang jelas ia malu. Naluri kewanitaannya lebih kuat dibanding hasratnya yang juga meluap-luap. Maka mulailah istri yang sabar dan bijaksana itu bersiasat.
Katanya, “Malam ini adalah malam Jum’at, kebetulan kakanda ada di rumah. Di malam yang baik ini saya ingin membaca al-Qur’an di hadapan kakanda. Tolong, simaklah bacaan saya, barangkali ada yang salah, baik bacaan ataupun tajwid-nya.
Dengan senang hati suaminya pun lantas menyandarkan di kursi untuk menyimak bacaan istrinya. Sebentar kemudian telah terdengar alunan suara yang membacakan ayat-ayat al-Qur’an dengan sangat merdu dan fasih, sehingga hati suaminya pun tergetar karenanya, lantaran ia memang memahami maknanya. Bacaan tersebut dimulai dari surat al-Baqarah ayat 222, kemudian ayat 223 yang berbunyi :
Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, Maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan Ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.
Ketika selesai membaca ayat 223 ini, istrinya sekali lagi membaca ayat tersebut. Maka tertegunlah suaminya dan bertanya-tanya dalam hati, “Kenapa istriku mengulang bacaan ayat ini, padahal tidak ada yang salah dalam bacaannya?”
Belum habis herannya, istrinya mengulang bacaan ayat ini sekali lagi. Maka tersentaklah hati suaminya, lantaran memahami apa sebenarnya yang dikehendaki oleh istrinya. Maka sambil tersenyum ia pun berkata :
“Aku mengaku salah adinda, maafkanlah kelalaianku selama ini. Aku terlalu sibuk dengan acara-acara di luar rumah, sementara hakmu yang harus aku penuhi terabaikan. Sekali lagi maafkan aku adinda.”
Sambil menunduk malu istrinyapun ikut tersenyum. Senum kemenangan seorang istri yang sabar dan bijaksana. Maka tanpa banyak cakap lagi suaminya langsung bangkit, memeluk dan mencumbui istrinya dengan penuh kemesraan, kasih sayang dan bahkan kerinduan. Malam itu adalah malam yang sangat indah bagi pasangan suami istri yang memahami makna-makna yang terkandung dalam al-Qur’an. Malam bahagia bagi pasangan suami istri yang berilmu dan mempunyai rasa saling mengerti.

KEADILAN & KEBIJAKSANAAN BAGINDA RASUL TERHADAP ISTRI - ISTRINYA  

Posted by Rudiny in






Pada suatu hari, istri-istri Rasulullah saw berdatangan kepada beliau untuk menanyakan satu masalah yang sangat menarik. “Apakah maksud kalian datang beramai-ramai kepadaku? Adakah sesuatu yang ingin kalian tanyakan kepadaku?” tanya Baginda Rasul.
“Ada ya Rasulullah,” jawab salah seorang di antara mereka.
Rasulullah saw berkata, “Katakanlah!”
Lalu salah seorang di antara istri-istri beliau itu berkata, “Hanya satu yang ingin kami tanyakan ya Rasulullah, siapakah istri yang paling engkau cintai di antara kami ini?”
Jawab Nabi, “Baiklah, nanti Insya Allahakan kujawab pertanyaan ini. Sekarang kalian pulang dulu dan bersabarlah.”
Maka bubarlah mereka dan kembali ke rumah masing-masing. Sesudah itu Rasulullah saw. Membeli beberapa buah cincin emas. Lalu didatangkanlah istri-istrinya itu satu persatu secara bergiliran, dan masing-masing diberi sebuah cincin. Sudah barang tentu istri-istri Nabi itu merasa gembira menerima pemberian dari suaminya. Namun demikian Nabi saw. Tidak memberitahu siapa-siapa sajakah yang diberi cincin. Beliau hanya berpesan bahwa mereka harus berkumpul lagi untuk mendengarkan jawaban atas pertanyaan yang diajukan kepada beliau.
Beberapa waktu kemudian, istri-istri Nabi saw. Seperti Siti Aisyah, Siti Shafiyah, Siti Zaenab dan lain-lain berkumpul kembali di hadapan beliau. Lalu tampillah istri Nabi yang termuda yang biasanya paling berani mengemukakan suatu masalah kepada beliau, yaitu Siti ‘Aisyah binti Abu Bakar. Katanya, “Ya Rasulullah, sekarang kami semua telah berkumpul kembali untuk mendengarkan jawaban engkau. Siapakah di antara kami yang paling engkau cintai?”
Rasulullah saw. Memandang mereka sambil tersenyum manis dengan wajah yang berseri-seri, lalu beliau berkata, “Yang paling aku cintai dan sayangi adalah siapa di antara kalian yang aku beri cincin.”
Mendengar jawaban beliau, semuanya tersenyum girang, lantaran semuanya merasa diberi cincin, meskipun satu dengan lainnya saling tidak tahu.
Begitulah keadilan dan kebijaksanaan Baginda Rasulullah saw terhadap istri-istrinya. Beliau tidak pernah membeda-bedakan cinta dan kasih sayangnya kepada semua istrinya. Dan demikianlah yang seharusnya dicontoh dan ditiru oleh siap saja yang mempunyai istri lebih dari seorang.

KEUTAMAAN SIFAT SITI MUTHI’AH TERHADAP SUAMINYA  

Posted by Rudiny in



Pada suatu hari, ketika Siti fatimah datang kepada ayahnya, yakni Nabi Muhammad saw, beliau menyuruhnya agar mengunjungi Siti Muthi’ah yang rumahnya tidak berjauhan. Maka pergilah Siti Fatimah mengajak Putranya Hasan yang masih kanak-kanak. Namun sesampainya di rumah Siti Muthi’ah, Siti Fatimah tidak diizinkan masuk, lantaran ia membawa anak laki-laki.
Maka berkatalah Siti Fatimah, “Kenapa saya tidak diizinkan masuk?”
Jawab Siti Muthi’ah, karena engkau membawa anak laki-laki.”
Kata Fatimah, bukankah ini anak – anak?”
Jawab Siti Muthi’ah, “Benar, tetapi dia anak laki-laki. Saya tidak berani melanggar aturan suami saya. Beliau melarangku memberi izin seorang laki-laki masuk ke rumahku bila beliau tidak ada di rumah.”
Maka tak ada pilihan lain bagi Siti Fatimah selain segera pulang membawa anaknya, untuk kemudian kembali lagi seorang diri, sehingga Siti Muthi’ah pun mengizinkannya masuk.
Ketika berada di dalam rumah Siti Muthi’ah, Siti Fatimah merasa begitu tertarik melihat sebilah rotan sebuah kipas, dan selembar handuk kecil. Rasanya barang-barang itu tak pernah dilihatnya di rumah-rumah lainnya. Maka mulailah Siti Fatimah membuka pembicaraan, “Sesungguhnya maksud kedatanganku kemari adalah dalam rangka memenuhi perintah ayahanda. Beliau sengaja menyuruhku kemari oleh karena kata beliau, engkau adalah perempuan yang paling baik budi pekertinya.”
“Ah, sebenarnya aku biasa-biasa saja. Aku hanya mencoba untuk bisa mengikuti dan mengamalkan ajaran Nabi” elaknya.
“rasanya tak mungkin Ayahanda menyuruhku datang kemari jika memang tidak ada apa-apanya,” lanjut Siti Fatimah.
“Tapi baiklah, sekarang aku ingin bertanya, untuk apakah engkau menyediakan rotan, kipas dan handuk kecil ini?”
“semua itu aku gunakan untuk menyambut kedatangan suamiku yang baru pulang mencari nafkah. Kusambut kedatangannya dengan membukakan bajunya, lalu kuusap keringatnya dengan handuk kecil ini,” jawabnya.
“Pantas sekali jika ayahku mengatakan bahwa ia adalah perempuan yang paling baik budi pekertinya. Sementara aku sendiri tak pernah berbuat begitu terhadap suamiku,” Kata Siti Fatimah dalam hati.
“Sesudah ku keringkan keringatnya,” lanjut Siti Muthi’ah, “lalu kukipasi badannya dengan kipas ini agar hilang gerahnya. Bukankah dengan demikian suamiku menjadi begitu betah bersamaku?”
Begitulah Siti Muthi’ah menjelaskan sambil tersenyum, “Dan padasaat aku menyambut suamiku, akupun berpakaian rapi untuk menyenangkan hati suamiku, lantaran aku tahu bahwa para lelaki itu paling senang melihat istri yang berpenampilan rapi. Begitulah senantiasa kuamalkan setiap kali menyambut kedatangan suamiku dari mencari nafkah.”
“Adapun rotan ini,” lanjutnya, “kugunakan setelah suamiku selesai mandi dan makan. Kukatakan kepadanya : wahai kakanda, jika ada sesuatu yang kurang menyenangkan hati kakanda, baik pelayanan maupun masakan saya, maka saya rela jika mendapat hukuman kanda. Kukatakan demikian  sambil aku menyerahkan sebilah rotan ini dan kemudian kubuka bajuku, lalu kukatakan kepadanya “silakan kanda pukul tubuhku dengan rotan ini, dari depan atau dari belakang.”
Namun ternyata suamiku tidak berbuat apa-apa. Bahkan setelah melihat tubuhku bangkitlah birahinya. Lalu kemudian beliaupun mencumbuiku dengan mesra”
Mendengar keterangan Siti Muthi’ah yang begitu menarik itu, Siti Fatimah menjadi sangat kagum karenanya. Lalu pulanglah ia dengan membawa kekagumannya itu seraya berkata di dalam hati, “Pantaslah jika ayahanda mengatakan, bahwa Siti Muthi’ah adalah perempuan yang paling baik budi pekertinya.”

KELUHURAN SIKAP BAGINDA RASUL TERHADAP ISTRI-ISTRINYA  

Posted by Rudiny in



Pada suatu ketika Rasulullah saw pulang ke rumah sudah larut malam. Beberapa kali Rasulullah saw mengetuk-ngetuk pintu, tapi Siti Aisyah tidak muncu-muncul juga untuk membukakannya. Lalu beliaupun mencoba memanggilnya berulang kali, namun tetap tak ada jawaban dari dalam. Maka sejenak Rasulullah saw berfikir, “Mungkin dia tidur kepulasan lantaran terlalu lama menunggu kepulanganku. Agaknya dia baru saja tertidur. Biarlah aku tidur di sini saja, kasihan dia,” kata beliau dalam hati. Lalu beliau menggelar sorbannya di lantai dan tidur di depan pintu.
Keesokan harinya, ketika bangun di waktu Shubuh, Siti Aisyah buru-buru lari menuju pintu. Betapa kagetnya Siti Aisyah ketika ia membuka pintu didapatinya Rasulullah saw sedang tidur menggeletak di lantai depan pintu. Melihat itu tentu saja Siti Aisyah merasa ketakutan. Dalam pikirannya, tentu Rasulullah saw akan murka kepadanya. Tapi, ketika beliau bangun dari tidurnya, ternyata beliau hanya berkata, “Sebenarnya aku semalam telah mengetuk-ngetuk pintu dan memanggil-manggil namamu. Tapi rupanya engkau tidur terlalu pulas lantaran terlalu lama menunggu kedatanganku. Itu sebabnya aku memutuskan untuk tidur di sini, karena aku tidak ingin mengganggu tidurmu.”
Demikianlah keluhuran sikap Rasulullah saw terhadap istri-istrinya. Beliau tidak pernah  marah apalagi memukul istrinya. Bahkan beliau sendiri pernah bersabda, “Janganlah kamu ringan tangan dan bersikap garang terhadap  istrimu, karena pada suatu waktu kamu akan tidur bersamanya.”

BERIKAN AKU KEINDAHAN CINTAMU  

Posted by Rudiny in



Dari Ahmad bin Sa’id Al-Abid dari ayahnya bahwa dia berkata, “Dahulu pernah tinggal di tengah-tengah kami di Kufah seorang pemuda yang rajin beribadah, yang biasa beriktikaf di masjid jami dan nyaris tidak pernah meninggalkannya. Dia adalah  pemuda yang berwajah menarik, dengan sikap yang menyenangkan. Ada seorang wanita cantik dan pandai yang jatuh cinta kepadanya. Setelah memendam perasaan ini untuk  waktu yang lama, pada suatu hari dia berdiri di tengah jalan yang akan dilalui oleh pemuda itu menuju masjid. Dia berkata, “Hai pemuda, dengarkanlah beberapa kata yang ingin kuucapkan kepadamu. Setelah itu, lakukanlah apa yang ingin engkau lakukan.”
Pemuda  it uterus berjalantanpa berbicara sedikitpun. Lalu gadis itu berdiri lagi di tengah jalan ketika si pemuda kembali ke rumahnya dan berkata, “Hai pemuda, dengarkan beberapa kata yang ingin kusampaikan kepadamu.”
Pemuda itu menundukkan kepalanya sejenak dan berkata, “Ini adalah tempat yang dapat mengundang kecurigaan dan aku tidak ingin menjadi sasaran kecurigaan.”
Gadis itu berkata, “Demi Allah, tidaklah aku berdiri di sini kecuali karena aku kenal betul watakmu. Tetapi aku memohon perlindungan Allah agar tidak membiarkan orang-orang melihatku melakukan hal ini dan yang telah membuat aku terpaksa menemuimu sendiri. Ini karena aku tahu bahwa hal-hal yang sebetulnya remeh bisa dibesar-besarkan orang lain, sedangkan kalian yang beribadah terus-menerus laksana botol kaca yang dapat rusak akibat sesuatu yang sangat kecil. Singkatnya, yang ingin kukatakan kepadamu adalah bahwa seluruh anggota tubuhku selalu tersita untukmu. Tentu Allah, Allahlah yang akan membantuku dalam urusanku dan urusanmu,”
Pemuda itu pulang ke rumahnya. Dia ingin shalat, tetapi pikirannya tidak bisa berkonsentrasi. Lalu dia mengambil selembar kertas dan menulis sepucuk surat.
Ketika dia pergi ke luar, gadis itu masih berdiri di tempat yang sama. Pemuda itupun melemparkan sepucuk surat tadi kepadanya, kemudian masuk lagi. Isi surat itu berbunyi :
“Dengan nama Allah, yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Ketahuilah wahai gadis, bahwa jika salah seorang hamba berdosa kepada Allah, Dia masih memperlakukannya dengan santun. Jika dia kembali berbuat maksiat lagi, Dia mengampuninya. Tetapi jika perbuatan maksiat lekat pada dirinya, barulah Allah murka kepadanya dengan kemurkaan  yang tidak mampu dibendung oleh langit dan bumi serta tidak pula gunung-gunung, pepohonan dan binatang-binatang. Karena itu, siapakah gerangan manusia yang mampu menanggung kemurkaan semacam itu? Jika yang engkau katakana itu bohong, aku memperingatkanmu tentang suatu Hari ketika langit menjadi seperti luluhan perak, dan gunung-gunung tampak seperti bulu yang beterbangan, ketrika seluruh umat manusia merangkak tidak berdaya menghadapi amarah Yang Mahakuasa. Aku tidak berdaya memperbaiki diriku sendiri. Maka, bagaimana mungkin aku dapat memperbaiki orang lain? Namun, jika yang kaukatakan benar adanya, sungguh akan kutunjukkan kepadamu tabib pembimbing yang mampu mengobati luka membusuk dan rasa sakit yang terasa membakar. Itulah Allah, Tuhan Semesta Alam. Maka hadapkanlah dirimu kepada-Nya dengan ketulusan do’a. Sesungguhnya aku tidak bisa menaruh perhatian kepadamu karena firman-Nya Swt, “Berilah mereka peringatan dengan hari yang dekat (hari kiamat yaitu) ketika hati (menyesak) sampai di kerongkongan dengan menahan kesedihannya. Orang-orang yang zalim tidak mempunyai teman setia seorang pun dan tidak (pula) mempunyai seorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya. Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati. Dan Allah menghukum dengan keadilan. Adakah tempat berlindung dari ayat ini?”
Beberapa hari kemudian, gadis itu dating dan berdiri lagi di tengah jalan. Ketika pemuda itu melihatnya dari kejauhan, dia bermaksud kembali ke rumahnya agar tidak bertemu dengannya. Namun, gadis itu berkata, “Hai pemuda, janganlah pergi karena kita tidak akan pernah bertemu lagi setelah hari ini kecuali di hadapan Allah Swt. Air matanya jatuh membasahi pipinya yang kemerahan dan menetesi  relung hatinya yang terdalam, dan dia berkata, “Berikan aku peringatan yang baik, yang dapat kukenang darimu dan berikan aku nasihat yang dapat kuamalkan.”
Pemuda itu berkata, “Aku nasihatkan kepadamu untuk melindungi dirimu sendiri dari nafsumu, dan ku peringatkan kepadamu akan firman-Nya Swt. Dan Dia-lah yang menidurkan kamu di malam hari, dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari. Mendengar ini, gadis itu menundukkan kepalanya dan air matanya mengucur semakin deras. Setelah tenang, dia pun kembali kerumahnya, berdiam diri, dan beribadah hingga akhirnya maut datang menjemputnya dalam kesedihan.
Setelah gadis itu wafat, si pemuda selalu menangis bila mengenangnya. Kepadanya ditanyakan, “mengapa engkau menangis? Padahal kamu telah berhasil menjauh darinya.
Dia menjawab, “ Aku telah memutus harapannya terhadapku sejak awal, dan aku berharap agar penolakanku itu menjadi tabungan pahala bagiku dari Allah Swt. Tetapi kini aku malu mengambil tabungan semacam itu.

CINTA KARENA CINTA  

Posted by Rudiny in





Jika hadirnya kan goyahkan imanku,
Maka jangan jadikan dia jodohku.
Namun jika hadirnya kan teguhkan imanku,
Maka jadikan dia istriku.
Ya ALLAH, segera pertemukanlah aku dengan jodohku!
Dan jadikan kami saling mencintai karena mengharap CINTA-MU

MENJEMPUT PENGANTIN DI MEDAN SYAHID  

Posted by Rudiny in


Sebagai seorang pengantin, wanita lebih cantik dibanding seorang gadis
Sebagai seorang ibu, wanita lebih cantik dibanding seorang pengantin
Sebagai istri dan ibu, ia adalah kata-kata terindah di semua musim
dan dia tumbuh menjadi lebih cantik bertahun-tahun kemudian…
***
Syahdan, di Madinah, tinggallah seorang pemuda bernama Zulebid.
Dikenal sebagai pemuda yang baik di kalangan para sahabat. Juga dalam hal ibadahnya termasuk orang yang rajin dan taat.
Dari sudut ekonomi dan finansial, ia pun tergolong berkecukupan. Sebagai seorang yang telah dianggap mampu, ia hendak melaksanakan sunnah Rasul yaitu menikah.
Beberapa kali ia meminang gadis di kota itu, namun selalu ditolak oleh pihak orang tua ataupun sang gadis dengan berbagai alasan.
Akhirnya pada suatu pagi, ia menumpahkan kegalauan tersebut kepada sahabat yang dekat dengan Rasulullah.
“Coba engkau temui langsung Baginda Nabi, semoga engkau mendapatkan jalan keluar yang terbaik bagimu”, nasihat mereka.
Zulebid kemudian mengutarakan isi hatinya kepada Baginda Nabi. Sambil tersenyum beliau berkata:
“Maukah engkau saya nikahkan dengan putri si Fulan?”
“Seandainya itu adalah saran darimu, saya terima. Ya Rasulullah, putri si Fulan itu terkenal akan kecantikan dan kesholihannya, dan hingga kini ayahnya selalu menolak lamaran dari siapapun.
“Katakanlah aku yang mengutusmu”, sahut Baginda Nabi.
“Baiklah ya Rasul”, dan Zulebid segera bergegas bersiap dan pergi ke rumah si Fulan.
Sesampai di rumah Fulan, Zulebid disambut sendiri oleh Fulan
“Ada keperluan apakah hingga saudara datang ke rumah saya?” Tanya Fulan.
Rasulullah saw yang mengutus saya ke sini, saya hendak meminang putrimu si A.” Jawab Zulebid sedikit gugup.
“Wahai anak muda, tunggulah sebentar, akan saya tanyakan dulu kepada putriku.”
Fulan menemui putrinya dan bertanya, “bagaimana pendapatmu wahai putriku?”
Jawab putrinya, “Ayah, jika memang ia datang karena diutus oleh Rasulullah saw, maka terimalah lamarannya, dan aku akan ikhlas menjadi istrinya.”
Akhirnya pagi itu juga, pernikahan diselenggarakan dengan sederhana. Zulebid kemudian memboyong istrinya ke rumahnya.
Sambil memandangi wajah istrinya, ia berkata,” duhai Anda yang di wajahnya terlukiskan kecantikan bidadari, apakah ini yang engkau idamkan selama ini? Bahagiakah engkau dengan memilihku menjadi suamimu?”
Jawab istrinya, ” Engkau adalah lelaki pilihan rasul yang datang meminangku. Tentu Allah telah menakdirkan yang terbaik darimu untukku. Tak ada kebahagiaan selain menanti tibanya malam yang dinantikan para pengantin.”
Zulebid tersenyum. Dipandanginya wajah indah itu ketika kemudian terdengar pintu rumah diketuk. Segera ia bangkit dan membuka pintu. Seorang laki-laki mengabarkan bahwa ada panggilan untuk berkumpul di masjid, panggilan berjihad dalam perang.
Zulebid masuk kembali ke rumah dan menemui istrinya.
“Duhai istriku yang senyumannya menancap hingga ke relung batinku, demikian besar tumbuhnya cintaku kepadamu, namun panggilan Allah untuk berjihad melebihi semua kecintaanku itu. Aku mohon keridhoanmu sebelum keberangkatanku ke medan perang.
Kiranya Allah mengetahui semua arah jalan hidup kita ini.”
Istrinya menyahut, “Pergilah suamiku, betapa besar pula bertumbuhnya kecintaanku kepadamu, namun hak Yang Maha Adil lebih besar kepemilikannya terhadapmu. Doa dan ridhoku menyertaimu”
***

Zulebid lalu bersiap dan bergabung bersama tentara muslim menuju ke medan perang. Gagah berani ia mengayunkan pedangnya, berkelebat dan berdesing hingga beberapa orang musuh pun tewas ditangannya. Ia bertarung merangsek terus maju sambil senantiasa mengumandangkan kalimat Tauhi…ketika sebuah anak panah dari arah depan tak sempat dihindarinya. Menancap tepat di dadanya. Zulebid terjatuh, berusaha menghindari anak panah lainnya yang berseliweran di udara. Ia merasa dadanya mulai sesak, nafasnya tak beraturan, pedangnya pun mulai terkulai terlepas dari tangannya. Sambil bersandar di antara tumpukan korban, ia merasa panggilan Allah sudah begitu dekat. Terbayang wajah kedua orangtuanya yang begitu dikasihinya. Teringat akan masa kecilnya bersama-sama saudaranya. Berlari-larian bersama teman sepermainannya. Berganti bayangan wajah Rasulullah yang begitu dihormati, dijunjung dan dikaguminya. Hingga akhirnya bayangan rupawan istrinya. Istrinya yang baru dinikahinya pagi tadi. Senyum yang begitu manis menyertainya tatkala ia berpamitan. Wajah cantik itu demikian sejuk memandangnya sambil mendoakannya. Detik demi detik, syahadat pun terucapkan dari bibir Zulebid. Perlahan-lahan matanya mulai memejam, senyum menghiasinya….Zulebid pergi menghadap Ilahi, gugur sebagai syuhada.

***

Senja datang
Angin mendesau, sepi…
Pasir-pasir beterbangan…
Berputar-putar…
Rasulullah dan para sahabat mengumpulkan syuhada yang gugur dalam perang. Di antara para mujahid tersebut terdapatlah tubuh Zulebid yang tengah bersandar di tumpukan mayat musuh. Akhirnya dikuburkanlah jenazah zulebid di suatu tempat. Berdampingan dengan para syuhada lain.
Tanpa dimandikan…
Tanpa dikafankan…
Tanah terakhir ditutupkan ke atas makam Zulebid.
Rasulullah terpekur di samping pusara tersebut.
Para sahabat terdiam membisu.
Sejenak kemudian terdengar suara Rasulullah seperti menahan isak tangis. Air mata berlinang di dari pelupuk mata beliau
Lalu beberapa waktu kemudian beliau seolah-olah menengadah ke atas sambil tersenyum. Wajah beliau berubah menjadi cerah.
Belum hilang keheranan shahabat, tiba-tiba Rasulullah menolehkan pandangannya ke samping seraya menutupkan tangan menghalangi arah pandangan mata beliau.
Akhirnya keadaan kembali seperti semula.
Para shahabat lalu bertanya-tanya, ada apa dengan Rasulullah.
“Wahai Rasulullah, mengapa di pusara Zulebid engkau menangis?”
Jawab Rasul, “Aku menangis karena mengingat Zulebid. Oo..Zulebid, pagi tadi engaku datang kepadaku minta restuku untuk menikah dan engkau pun menikah hari ini juga. Ini hari bahagia. Seharusnya saat ini Engkau sedang menantikan malam Zafaf, malam yang ditunggu oleh para pengantin.”
“Lalu mengapa kemudian Engkau menengadah dan tersenyum?” Tanya sahabat lagi.
” Aku menengadah karena kulihat beberapa bidadari turun dari langit dan udara menjadi wangi semerbak dan aku tersenyum karena mereka datang hendak menjemput Zulebid,” Jawab Rasulullah.
“Dan lalu mengapa kemudian Engkau memalingkan pandangannya dan menoleh ke samping?” Tanya mereka lagi.
“Aku mengalihkan pandangan menghindar karena sebelumnya kulihat, saking banyaknya bidadari yang menjemput Zulebid, beberapa diantaranya berebut memegangi tangan dan kaki Zulebid. Hingga dari salah 
satu gaun dari bidadari tersebut ada yang sedikit tersingkap betisnya….”

***
 

Di rumah, istri Zulebid menanti sang suami yang tak kunjung kembali. Ketika terdengar kabar suaminya telah menghadap sang ilahi Rabbi, Pencipta segala Maha Karya.
Malam menjelang…
Terlelap ia, sejenak berada dalam keadaan setengah mimpi dan dan nyata.
Lamat-lamat ia seperti melihat Zulebid datang dari kejauhan. Tersenyum, namun wajahnya menyiratkan kesedihan pula.
Terdengar Zulebid berkata, “Istriku, aku baik-baik saja. Aku menunggumu disini. Engkaulah bidadari sejatiku. Semua bidadari disini pabila aku menyebut namamu akan menggumamkan cemburu padamu…. “
Dan kan kubiarkan engkau yang tercantik di hatiku.
Istri Zulebid, terdiam.
Matanya basah…
Ada sesuatu yang menggenang disana..
Seperti tak lepas ia mengingat acara pernikahan tadi pagi..
Dan bayangan suaminya yang baru saja hadir..
Ia menggerakkan bibirnya..
“Suamiku, aku mencintaimu…
Dan dengan semua ketentuan Allah ini bagi kita..
Aku ikhlas….

***

Somewhere over the rainbow, way up high
There’s a land that I heard of once on a lullaby
Somewhere over the rainbow, skied are blue
And the dreams that you dare to dream
really do come true..

Dan,
Akan kemanakah kumbang terbang
Pada siapa rindu mendendam
Kekasih yang terkasih
Pencinta dan yang dicinta
Semua berurai air mata
Sedih, ataukah bahagia…..?

BUAH DARI KESABARAN  

Posted by Rudiny in



Dikisahkan ada seorang pemuda Tampan dikalangan Bani Israel, dan bahkan dia disebut sebagai pemuda paling tampan di antara mereka. Pekerjaannya ialah menjual keranjang. Suatu hari tatkala dia sedang berkeliling menawarkan dagangannya.
Ada seorang wanita pembantu salah seorang pemimpin Israel. Setelah melihatnya, wanita pembantu itu segera pulang dan berkata kepada putri tuannya, “sungguh aku melihat seorang pemuda di depan pintu yang sedang menjual keranjang. Saya belum pernah melihat seorang pemuda yang lebih tampan darinya.”
“Suruh pemuda itu masuk!” kata sang putri.
Maka pembantunya keluar dan menyuruh pemuda penjual keranjang itu masuk. Setelah pemuda itu masuk rumah, pintu rumah langsung ditutup. sang putri menyambut kedatangannya sambil membuka tutup kepalanya dan mengenakan baju yang memamerkan keelokan tubuhnya.
“utuplah dirimu, semoga Allah memberikan ampunan kepadamu,” kata pemuda penjual keranjang.
“Aku mengundangmu bukan untuk mendengarmu berbicara seperti itu. Tapi aku mengundangmu untuk bersenang – senang,” kata sang gadis, sambil merayunya.
“Bertakwalah kepada Allah,” kata pemuda penjual keranjang.
“Jika engkau tidak mau menuruti kemauanku, maka aku akan melapor kepada ayahku, bahwa engkau telah berbuat lancang merayuku.”
“kalau begitu, lebih baik masukkan aku ke dalam penjara,” kata pemuda penjual keranjang.
“Apakah engkaumasih berani mencari – cari alasan di depanku? Hai pembantu, masukkan orang ini ke dalam bangunan penjara yang tinggi, agar dia tidak bisa melarikan diri !”
Setelah berada di dalam penjara, pemuda itu berkata, “Ya Allah, sesungguhnya aku diajak untuk mendurhakai-Mu. namun lebih baik bagiku untuk terjun dari bangunan ini agar aku tidak bisa mendurhakai-Mu.” Dengan mengucap basmalah, dia pun terjun dari bangunan penjaranya. Seketika itu Allah menurunkan seorang malaikat dan memegangi ketiaknya. Sehingga dia jatuh ke bumi dalam keadaan berdiri tegak di atas kedua kakinya. Setelah selamat, dia berkata, “Ya Allah, jika Engkau menghendaki, maka anugerahkanlah kepadaku rizki yang melimpah agar aku menjadi kaya raya, sehingga aku tidak perlu lagi berjualan keranjang ini.”
Kemudian, Allah pun mengutus sekumpulan belalang yang terbuat dari emas, lalu dia mengambilnya hingga memenuhi seluruh isi kantongnya. Setelah itu dia berkata, Ya Allah, jika memang rizki yang Engkau anugerahkan kepadaku dari keduniaan, maka berkahilah ia bagiku. Namun jika ia mengurangi bagianku di sisi-Mu di akhirat, maka aku sama sekali tidak membutuhkannya.”
Lalu ada suara yang ditujukan kepadanya, “Apa yang Kami berikan ini adalah satu bagian dari dua puluh lima bagian karena kesabaraanmu, dengan menerjunkan diri dari bangunan itu.”
Lalu pemuda itu berkata, Ya Allah, kalau begitu aku tidak membutuhkan apa – apa yang bisa mengurangi bagianku di sisi-Mu di akhirat.” Kemudian dia membuang emas – emas itu.

CINTANYA SEORANG PELACUR  

Posted by Rudiny in



Al - Hasan Al-Bashri pernah berkisah dulu ada seorang wanita pelacur yang sangat cantik, tak seorang wanitapun yang mampu menandingi kecantikannya. Siapa yang ingin menjamahnya, maka  dia harus membayar seratus dinar. Ceritanya ada seorang pemuda yang sempat memandang wanita pelacur itu dan hatinya langsung tertawan kepadanya. Lalu ia pergi, bekerja dengan giat, menabung hasilnya hingga mencapai seratus dinar. Pemuda itu menemui wanita tersebut dan berkata, “Kau telah membuat hatiku tertawan. Maka aku pergi, bekerja dan menabung hingga aku bisa mengumpulkan uang sebanyak seratus dinar.”
“Serahkan saja uang itu kepada bosku!” kata wanita pelacur.
Setelah urusan uang  pembayaran selesai, wanita pelacur berkata kepadanya, Masuklah!” Wanita itu mempunyai sebuah rumah yang tinggi dan indah, tempat tidurnya terbuat dari emas. “Marilah ke sini !”
Tatkala pemuda itu sudah duduk berdampingan dengannya, dengan tingkah layaknya seorang penghianat, maka tiba – tiba dia ingat kedudukannya di hadapan Allah. Langsung dia menggigil dan gejolak birahinya menjadi padam.
“Biarkanlah aku keluar dan pergi dari tempat ini, dan uang seratus dinar tetap menjadi milikmu,” kata sang pemuda.
“Apa yang terjadi dengan dirimu?” Dulu kau katakan bahwa kau melihat diriku dan terpesona kepadaku, lalu kau pergi, bekerja, menabung dan mampu mengumpulkan seratus dinar. Tatkala engkau sudah bisa menjamahku, justru kau berbuat seperti ini.”
“Aku berbuat begini karena takut berpisah dengan Allah dank arena aku ingat kedudukanku di hadapan-Nya,” jawab pemuda itu.
“kalau yang engkau katakana itu benar, berarti kaulah yang pantas menjadi suamiku, “kata wanita pelacur.
“Biarkan aku keluar terlebih dahulu.”
“Engkau harus bersumpah kepada Allah, bahwa jika aku menemuimu engkau mau menikahiku.”
“Bolehlah kalau begitu,” kata sang pemuda.
Wanita pelacur menyerahkan pakaian sang pemuda, lalu pemuda itu keluar dari rumah pelacur itu dan pulang kembali ke negerinya sendiri, meninggalkan wanita pelacur merenungi dunia yang sudah dijalaninya dengan penuh penyesalan. Akhirnya dia mencari pemuda itu ke negerinya. Dia tanyakan siapa namanya, mana rumahnya, hingga dia mendapatkan identitasnya secara lengkap.
Ada seseorang yang mengabarkan kepada pemuda itu. “Ada seorang malaikat wanita yang dating dan menanyakan dirimu.”
Tatkala sang pemuda melihat kedatangan wanita pelacur di hadapannya, maka dia langsung pingsan dan seketika itu pula dia meninggal dunia, jatuh di pelukan tangannya. Dan teriring ucapan Innalillahi wa inna ilaihi roji’on.
“Apakah dia tidak mempunyai seorang kerabatpun?” Tanya wanita pelacur kepada orang – orang disekitarnya.
Ada yang menjawab, “Dia mempunyai seorang saudara laki – laki yang sangat miskin.”
Maka wanita pelacur itu mendatangi saudaranya dan berkata, “Aku kan menikah denganmu karena cintaku kepada saudaramu.” Akhirnya mereka menikah dan dikaruniai tujuh anak.