Pada suatu hari, istri-istri Rasulullah saw berdatangan kepada beliau untuk menanyakan satu masalah yang sangat menarik. “Apakah maksud kalian datang beramai-ramai kepadaku? Adakah sesuatu yang ingin kalian tanyakan kepadaku?” tanya Baginda Rasul.
“Ada ya Rasulullah,” jawab salah seorang di antara mereka.
Rasulullah saw berkata, “Katakanlah!”
Lalu salah seorang di antara istri-istri beliau itu berkata, “Hanya satu yang ingin kami tanyakan ya Rasulullah, siapakah istri yang paling engkau cintai di antara kami ini?”
Jawab Nabi, “Baiklah, nanti Insya Allahakan kujawab pertanyaan ini. Sekarang kalian pulang dulu dan bersabarlah.”
Maka bubarlah mereka dan kembali ke rumah masing-masing. Sesudah itu Rasulullah saw. Membeli beberapa buah cincin emas. Lalu didatangkanlah istri-istrinya itu satu persatu secara bergiliran, dan masing-masing diberi sebuah cincin. Sudah barang tentu istri-istri Nabi itu merasa gembira menerima pemberian dari suaminya. Namun demikian Nabi saw. Tidak memberitahu siapa-siapa sajakah yang diberi cincin. Beliau hanya berpesan bahwa mereka harus berkumpul lagi untuk mendengarkan jawaban atas pertanyaan yang diajukan kepada beliau.
Beberapa waktu kemudian, istri-istri Nabi saw. Seperti Siti Aisyah, Siti Shafiyah, Siti Zaenab dan lain-lain berkumpul kembali di hadapan beliau. Lalu tampillah istri Nabi yang termuda yang biasanya paling berani mengemukakan suatu masalah kepada beliau, yaitu Siti ‘Aisyah binti Abu Bakar. Katanya, “Ya Rasulullah, sekarang kami semua telah berkumpul kembali untuk mendengarkan jawaban engkau. Siapakah di antara kami yang paling engkau cintai?”
Rasulullah saw. Memandang mereka sambil tersenyum manis dengan wajah yang berseri-seri, lalu beliau berkata, “Yang paling aku cintai dan sayangi adalah siapa di antara kalian yang aku beri cincin.”
Mendengar jawaban beliau, semuanya tersenyum girang, lantaran semuanya merasa diberi cincin, meskipun satu dengan lainnya saling tidak tahu.
Begitulah keadilan dan kebijaksanaan Baginda Rasulullah saw terhadap istri-istrinya. Beliau tidak pernah membeda-bedakan cinta dan kasih sayangnya kepada semua istrinya. Dan demikianlah yang seharusnya dicontoh dan ditiru oleh siap saja yang mempunyai istri lebih dari seorang.
This entry was posted
on Kamis, November 27, 2008
at Kamis, November 27, 2008
and is filed under
USWATUN HASANAH
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.