Pada suatu ketika Rasulullah saw pulang ke rumah sudah larut malam. Beberapa kali Rasulullah saw mengetuk-ngetuk pintu, tapi Siti Aisyah tidak muncu-muncul juga untuk membukakannya. Lalu beliaupun mencoba memanggilnya berulang kali, namun tetap tak ada jawaban dari dalam. Maka sejenak Rasulullah saw berfikir, “Mungkin dia tidur kepulasan lantaran terlalu lama menunggu kepulanganku. Agaknya dia baru saja tertidur. Biarlah aku tidur di sini saja, kasihan dia,” kata beliau dalam hati. Lalu beliau menggelar sorbannya di lantai dan tidur di depan pintu.
Keesokan harinya, ketika bangun di waktu Shubuh, Siti Aisyah buru-buru lari menuju pintu. Betapa kagetnya Siti Aisyah ketika ia membuka pintu didapatinya Rasulullah saw sedang tidur menggeletak di lantai depan pintu. Melihat itu tentu saja Siti Aisyah merasa ketakutan. Dalam pikirannya, tentu Rasulullah saw akan murka kepadanya. Tapi, ketika beliau bangun dari tidurnya, ternyata beliau hanya berkata, “Sebenarnya aku semalam telah mengetuk-ngetuk pintu dan memanggil-manggil namamu. Tapi rupanya engkau tidur terlalu pulas lantaran terlalu lama menunggu kedatanganku. Itu sebabnya aku memutuskan untuk tidur di sini, karena aku tidak ingin mengganggu tidurmu.”
Demikianlah keluhuran sikap Rasulullah saw terhadap istri-istrinya. Beliau tidak pernah marah apalagi memukul istrinya. Bahkan beliau sendiri pernah bersabda, “Janganlah kamu ringan tangan dan bersikap garang terhadap istrimu, karena pada suatu waktu kamu akan tidur bersamanya.”
This entry was posted
on Kamis, November 27, 2008
at Kamis, November 27, 2008
and is filed under
USWATUN HASANAH
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.