Hasan dan Husin adalah dua cucu Rasulullah SAW yang dikasihi dan disayangi oleh baginda Rasul. Dalam banyak hal sifat mereka merupakan perwujudan dari sifat sang kakek dan ayahnya, Ali bin Abi Thalib.
Kedua anak itu memiliki perbedaan dan persamaan, masing - masing memegang prinsip yang teguh dan pemberani. Namun, Hasan lebih lembut, dan banyak mentoleransi permasalahan dibanding saudaranya. Sementara Husin sangat teguh memegang prinsipnya yang benar. Dengan sikap dan prinsip itu, tak heran kalau akhirnya syahid menjemputnya.
Secara fisik, Hasan lebih mirip ayahnya. Sementara Husain lebih mirip kakeknya. Ada juga orang yang menggambarkan, Husain lebih mirip Rasulullah pada bagian atasnya atau dari ujung rambut hingga pusat. Adapun Hasan lebih mirip Rasulullah pada bagian bawahnya atau dari pusar hingga kaki. Oleh karena itu, orang berkesimpulan, Husain lebih mirip Rasulullah kalau dilihat dari rupa. Sedangkan Hasan lebih menonjol dibidang ilmu dan pintar berbicara.
Dalam penampilan Husain lebih suka sederhana dan rapi. Sementara saudaranya Hasan lebih suka berpenampilan wangi, bersih, terkesan mewah dan kaya, namun tetap terpancar ketawadhu'annya. Karena penampilannya tersebut tak ayal membuat banyak kecemburuan, terutama dari kalangan Yahudi yang saat itu masih tersisih dalam pergaulan masyarakat Madinah.
Suatu saat Hasan berpaspasan dengan seorang Yahudi miskin yang penampilannya sangat jauh kontras bila dibandingkan dengan penampilan Hasan. Orang Yahudi itu sangat cemburu dan iri kepada Hasan, sehingga ia ingin menyudutkan pribadi cucu Rasulullah itu.
"Wahai Hasan, penampilanmu sehari - hari sangat mewah. Tidakkah engkau pernah mendengar kakekmu (Nabi Muhammad) pernah berkata, dunia ini penjara bagi orang Islam dan sebaliknya surga bagi orang kafir. Akan tetapi aku melihatmu di sini seakan di surga sedangkan aku seperti ini ada dalam penjara. Cuma dari semua ini ada kemungkinan; bisa jadi perkataan Muhammad (Rasulullah) yang salah, atau engkau yang menyimpang dari sunnah Nabimu." ucap Yahudi miskin itu dengan maksud memojokkan Hasan.
Hasan tetap tenang dan tersenyum mendengar ucapan si Yahudi itu. "Wahai Yahudi, dengar dan pahailah kata - kataku ini dengan baik, karena aku tak mau mengulanginya. Mengenai tuduhanmu itu semuanya tidak benar. Ketahuilah, jika engkau mengetahui ni'mat dan kesenangan yang kuperoleh sebagai mukmin nanti di surga, kemudian engkau bandingkan dengan kenikmatan yang saat ini (di dunia) kurasakan, aka engkau akan tahu bahwa aku saat ini bagaikan di penjara, karena kenikmatan di akhirat bagi orang mu'min tidak dapat dibandingkan dengan dengan kenikmatan di dunia yang tidak seujung kuku pun. Sebaliknya, jika engkau mengetahui siksa dan kesengsaraan yang bakal engkau rasakan sebagai orang kafir di akhirat nanti, lantas engkau bandingkan dengan siksaan dan kesengsaraan atau kemiskinan yang saat ini engkau rasakan di dunia, maka engkau akan tahu bahwa saat ini engkau benar - benar ada di surga. Inilah surga duniamu yang engkau rasakan seperti berada di penjara neraka."
Si Yahudi terdiam mendengar jawaban si Hasan. Ia pergi tanpa permisi meskipun di hatinya ada rasa kagum dengan kepandaian berbicaranya cucu Rasulullah itu. Hasann pun tersenyum sambil berdo'a, "Ya Allah, bukakan hatinya untuk menerima kebenaran."
Dari sekelumit riwayat ini, jelas bagi kita kaum muslimin khususnya, apapun kesulitan yang dihadapi di dunia ini, selama kita masih beriman bersabarlah karena sesungguhnya di sini hanya sementara. Berusahalah dengan sungguh - sungguh sehingga dapat keluar dari masalah, sembari jangan lupa Kepada Allah. Kenikmatan di dunia ini jangan disia - siakan atau kemudian membuat kita lupa daratan. Karena kenikmatan di sini kalau dibandingkan dengan di surga diibaratkan air segenggam dalam tangan di bandingkan dengan air lautan di dunia ini sangat tidak ada apa - apanya. Akhmad Sagir
Dalam penampilan Husain lebih suka sederhana dan rapi. Sementara saudaranya Hasan lebih suka berpenampilan wangi, bersih, terkesan mewah dan kaya, namun tetap terpancar ketawadhu'annya. Karena penampilannya tersebut tak ayal membuat banyak kecemburuan, terutama dari kalangan Yahudi yang saat itu masih tersisih dalam pergaulan masyarakat Madinah.
Suatu saat Hasan berpaspasan dengan seorang Yahudi miskin yang penampilannya sangat jauh kontras bila dibandingkan dengan penampilan Hasan. Orang Yahudi itu sangat cemburu dan iri kepada Hasan, sehingga ia ingin menyudutkan pribadi cucu Rasulullah itu.
"Wahai Hasan, penampilanmu sehari - hari sangat mewah. Tidakkah engkau pernah mendengar kakekmu (Nabi Muhammad) pernah berkata, dunia ini penjara bagi orang Islam dan sebaliknya surga bagi orang kafir. Akan tetapi aku melihatmu di sini seakan di surga sedangkan aku seperti ini ada dalam penjara. Cuma dari semua ini ada kemungkinan; bisa jadi perkataan Muhammad (Rasulullah) yang salah, atau engkau yang menyimpang dari sunnah Nabimu." ucap Yahudi miskin itu dengan maksud memojokkan Hasan.
Hasan tetap tenang dan tersenyum mendengar ucapan si Yahudi itu. "Wahai Yahudi, dengar dan pahailah kata - kataku ini dengan baik, karena aku tak mau mengulanginya. Mengenai tuduhanmu itu semuanya tidak benar. Ketahuilah, jika engkau mengetahui ni'mat dan kesenangan yang kuperoleh sebagai mukmin nanti di surga, kemudian engkau bandingkan dengan kenikmatan yang saat ini (di dunia) kurasakan, aka engkau akan tahu bahwa aku saat ini bagaikan di penjara, karena kenikmatan di akhirat bagi orang mu'min tidak dapat dibandingkan dengan dengan kenikmatan di dunia yang tidak seujung kuku pun. Sebaliknya, jika engkau mengetahui siksa dan kesengsaraan yang bakal engkau rasakan sebagai orang kafir di akhirat nanti, lantas engkau bandingkan dengan siksaan dan kesengsaraan atau kemiskinan yang saat ini engkau rasakan di dunia, maka engkau akan tahu bahwa saat ini engkau benar - benar ada di surga. Inilah surga duniamu yang engkau rasakan seperti berada di penjara neraka."
Si Yahudi terdiam mendengar jawaban si Hasan. Ia pergi tanpa permisi meskipun di hatinya ada rasa kagum dengan kepandaian berbicaranya cucu Rasulullah itu. Hasann pun tersenyum sambil berdo'a, "Ya Allah, bukakan hatinya untuk menerima kebenaran."
Dari sekelumit riwayat ini, jelas bagi kita kaum muslimin khususnya, apapun kesulitan yang dihadapi di dunia ini, selama kita masih beriman bersabarlah karena sesungguhnya di sini hanya sementara. Berusahalah dengan sungguh - sungguh sehingga dapat keluar dari masalah, sembari jangan lupa Kepada Allah. Kenikmatan di dunia ini jangan disia - siakan atau kemudian membuat kita lupa daratan. Karena kenikmatan di sini kalau dibandingkan dengan di surga diibaratkan air segenggam dalam tangan di bandingkan dengan air lautan di dunia ini sangat tidak ada apa - apanya. Akhmad Sagir
This entry was posted
on Selasa, Maret 11, 2008
at Selasa, Maret 11, 2008
and is filed under
OAZE
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.